Posted by : Unknown
Selasa, 06 Agustus 2013
Masih muda sudah berlimpah harta. Itulah Roman Abramovich. Kekayaan
raja minyak dari Rusia berusia 40 tahun itu, kini mencapai 18,7 miliar
dolar AS, atau Rp 170,17 triliun. Wajar bila Majalah Forbes mendaulatnya
sebagai orang muda terkaya sejagad. Pemilik klub sepak bola Chelsea itu
bertengger di posisi ke-16 daftar Forbes. Abramovich sendiri bukanlah
anak orang kaya. Pria kelahiran Saratov, Rusia, 24 Oktober 1966 itu
sejak kecil sudah yatim piatu. Begitu sedikit petikan kisah yang saya
baca dari harian Republika tertanggal 10 April 2007 – dengan tajuk
“Yatim Piatu Muda Terkaya Dunia” terus terang saya belum membaca secara
keseluruhan bagaimana dia memperjuangkan hidupnya sehingga menjadi salah
satu milyarder terkaya di dunia.
Hanya dari petikan kisah hidupnya yang saya nilai fantastis membuat
tangan saya tergerak untuk mencoba menarik hikmah, bukan hanya dari
keberhasilan dan kekayaannya. Saya justru lebih tertarik pada statusnya
yang nota bene sebagai anak yatim piatu, yang berarti tidak berayah dan
beribu. Bukan kisah baru memang, beribu-ribu tahun yang lalu pun kisah
yang serupa pun sudah pernah ada. Sebagai contoh kisah Nabi kita
Muhammad SAW, beliau jelas-jelas jadi contoh yang amat nyata. Walau pun
lahir sebagai seorang yatim piatu toh beliau bisa meraih keberhasilan
dalam kehidupan dunia dan akhirat. Jadi inilah yang ingin saya jadikan
bahan perenungan dan inspirasi hidup, bahwa keberhasilan dan kesuksesan
hidup seseorang tak selalu harus datang dari dalam keluarga yang utuh,
yang bahagia, yang sejahtera. Karena segala kekurangan dan ketidak
sempurnaan itu, bagi sedikit orang malah bisa jadi semangat dan pemicu
untuk meraih keberhasilan… Mungkin kita tidak akan bisa meraih sampai
setinggi itu.
Dia adalah anak yatim piatu pada usia 16 tahun. Setelah tidak ada
kedua orangtuanya, ia ikut paman bibinya yaitu Lyudmila dan Leib. Ia
berwirawasta, berkeliling kota menjajakan mainan plastik, dia bekerja
keras untuk usahanya dengan bangun sangat pagi jam 08.00 sudah star
menjajakan dagangannya keliling kota dan baru pulang pukul 22.00, setiap
hari ia lakukan dengan suka cita, tanpa mengeluh tanpa gengsi dan tanpa
berteori. dia hanya tahu 1 hal yakni bekerja yang terbaik untuk
dagangannya dan fokus pada cita-citanya. tidak banyak menoleh kanan dan
kiri dan tidak ada keraguan dalam dirinya bahwa dagangannya mainan
plastik anak-anak akan mengantarkan pada suatu bisnis yang gemilang. Tak
heran ia sangat capek ketika sampai dirumah, begitu tutur istrinya,
Olga. Yang pada akhirnya ia mencapai kesuksesan yang gemilang. dan itu
sangat menginspirasikan pada suatu proses menuju puncak kegemilangan.